Text
Kudeta Mekkah
Bagi penduduk asli Mekkah, sebuah kota yang menggantungkan hidup dari membludaknya manusia yang mengalir di antara tempat-tempat sucinya sejak zaman dahulu, Selasa pagi itu merupakan saat istimewa yang penuh suka cita: Hari tahun baru tiba, yang sesuai tradisi, orang-orang Mekkah melakukan ziarah dari kampung mereka masing-masing ke Masjid al Haram. Dalam kegelapan, ribuan orang berangkat menuju pinggiran kota, melepas pakaian sehari-hari setelah terlebih dahulu mandi, menggantinya dengan pakaian ihram berwarna putih salju—dua helai kain yang menutupi badan sebagai simbol penyucian, serta membiarkan pundak kanan kaum pria tersingkap. Sekitar 100.000 jamaah datang dari pelbagai penjuru dunia, membaur dengan penduduk lokal—orang-orang Pakistan dan Indonesia, orang Maroko dan Yaman, orang Nigeria dan Turki. Kebanyakan mereka adalah orang-orang yang memutuskan untuk tetap tinggal di sana pasca-haji; jamaah yang punya jiwa bisnis, dari tahun ke tahun, berusaha mengganti ongkos perjalanan mereka dengan berjualan barang-barang unik, yang mereka bawa dari kampung halaman yang jauh, di Bazar Mekkah. Sementara yang lain ke Mekkah hanya untuk menyaksikan pergantian abad—sekali dalam seumur hidup.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain